One Last Step

Seorang anak perempuan bernama Aurelia yang berumur 15 tahun, yang ingin menjadi seorang pelari tetapi ia terhalang penyakit bronkitis (penyakit paru-paru). Ia sering kali mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya karena penyakit yang diidapnya, hal ini tidak membuatnya menyerah begitu saja dan tetap giat untuk sekolah. Saat bel pulang berbunyi, ia pun bergegas untuk pulang. Seketika langkah kakinya berhenti, pandangan matanya menarik suatu hal untuk dilihat dan dibaca yaitu poster perlombaan lari jarak jauh 200 meter. Dengan tekad dan semangatnya ia ingin mengikuti perlombaan tersebut. Sesampainya. Saat Aurelia sampai di rumah, Aurelia pun pergi ke lapangan untuk berlatih, di tengah latihan nya Aurelia merasakan sesak nafas, ia pun duduk untuk mengatur nafas nya. Aurelia mulai merasa ragu, tetapi ia tetap memilih untuk lanjut latihan. Malam harinya Aurelia pun ke kamarnya dan bersandar di tempat tidurnya, rasa ragunya dan perkataan pembully itu masih menghantui diri nya. Ia mulai melihat poster idolanya yang bernama Klaus, Aurelia pun merasa dirinya bisa melalui lomba nya seperti Klaus yang ia idolakan. Hari demi hari Aurelia berlatih. Hari yang ditunggu-tunggu Aurelia pun tiba. Rasa percaya dirinya pun bangkit dan ia mengikuti perlombaan yang telah ia nantikan sejak dulu. Akhirnya ia berhasil meraih juara kedua dalam perlombaan tersebut, kebahagiaannya disertai oleh sorakan para penonton. Hari itu bukan hanya kebahagiaannya, tapi juga titik balik dalam hidupnya, saat ia benar-benar belajar arti percaya pada diri sendiri.

Genre
Melodrama
Duration
4 mins
Producer
Teuku Rizky Adipratama
Director
Vincentius Kevin Adipratama
Writer
Reinha Rosary Arwen C.R

Seorang anak perempuan bernama Aurelia yang berumur 15 tahun, yang ingin menjadi seorang pelari tetapi ia terhalang penyakit bronkitis (penyakit paru-paru). Ia sering kali mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya karena penyakit yang diidapnya, hal ini tidak membuatnya menyerah begitu saja dan tetap giat untuk sekolah. Saat bel pulang berbunyi, ia pun bergegas untuk pulang. Seketika langkah kakinya berhenti, pandangan matanya menarik suatu hal untuk dilihat dan dibaca yaitu poster perlombaan lari jarak jauh 200 meter. Dengan tekad dan semangatnya ia ingin mengikuti perlombaan tersebut. Sesampainya. Saat Aurelia sampai di rumah, Aurelia pun pergi ke lapangan untuk berlatih, di tengah latihan nya Aurelia merasakan sesak nafas, ia pun duduk untuk mengatur nafas nya. Aurelia mulai merasa ragu, tetapi ia tetap memilih untuk lanjut latihan. Malam harinya Aurelia pun ke kamarnya dan bersandar di tempat tidurnya, rasa ragunya dan perkataan pembully itu masih menghantui diri nya. Ia mulai melihat poster idolanya yang bernama Klaus, Aurelia pun merasa dirinya bisa melalui lomba nya seperti Klaus yang ia idolakan. Hari demi hari Aurelia berlatih. Hari yang ditunggu-tunggu Aurelia pun tiba. Rasa percaya dirinya pun bangkit dan ia mengikuti perlombaan yang telah ia nantikan sejak dulu. Akhirnya ia berhasil meraih juara kedua dalam perlombaan tersebut, kebahagiaannya disertai oleh sorakan para penonton. Hari itu bukan hanya kebahagiaannya, tapi juga titik balik dalam hidupnya, saat ia benar-benar belajar arti percaya pada diri sendiri.

Melodrama